NILAI-NILAI ISLAM NUSANTARA SEBAGAI MODAL DASAR DALAM PENDIDIKAN ISLAM

Radikalisme dan intoleransi merupakan ancaman yang serius bagi
keindonesiaan dan kemanusiaan di Nusantara ini. Konflik timur Tengah misalnya,
merupakan salah satu konsekuensi dari dua paham ini. Pertumpahan darah, krisis
ekonomi, runtuhnya bangunan dan gedung-gedung menjadi hal yang tak dapat
dihindarkan di sana. Di Indonesia sendiri, paham ini sudah mengancam kehidupan
kebhinekaan yang sudah dibangun oleh para founding fathers. Tidak kurang dari
sejumlah kasus intoleransi dan kekerasan beragama beberapa tahun yang lalu.
Diantaranya adalah persekusi terhadap Biksu di Tangerang, perusakan masjid
Baiturrahim di Tuban, hingga serangan bom bunuh diri di tiga gereja Surabaya. Dalam
pada itu, konsep Islam Nusantara kembali ditawarkan untuk menanamkan nilai-nilai
Islam moderat pada masyarakat Indonesia.
Penelitian ini mencoba menjawab permasalahan: a). Bagaimana konsep Islam
Nusantara?, b). Bagaimana konsep pendidikan Islam?, dan c). Bagaimana nilai Islam
Nusantara sebagai modal dalam pendidikan Islam?
Jenis penelitian ini menggunakan metode library research (kepustakaan),
metode analisis data di sini menggunakan analisis deskriptif, yaitu salah satu
pendekatan untuk menganalisis dan mendiskripsikan data yang berpusat pada data
kualitatif khususnya data teks. Peneliti mencoba mengurutkan, mendeskripsikan dan
menjelaskan data yang terkumpul sehingga dapat dipahami.
Hasil dari penelitian ini adalah: Islam Nusantara bukanlah aliran baru dalam
Islam, melainkan upaya para ulama dalam menyampaikan agama Islam dengan
mengintegrasikan nilai-nilai universal Islam dengan budaya lokal yang bersifat
partikular. Islam Nusantara memiliki karakter “Islam yang ramah, anti radikal, inklusif
dan toleran,” yang tercermin dari lima prinsip, yakni 1) tawassuth (moderat), 2)
tasamuh (toleran), 3) tawazun (seimbang), 4) ta’adul (berlaku adil), 5) tabayun
(verivikasi). Nilai-nilai positif ini sangat baik jika diterapkan dalam pendidikan Islam,
khususnya di Indonesia