STRATEGI PEMBELAJARAN TAHFIDZUL QUR’AN PADA MASA PANDEMI COVID-19 DI MADRASAH TSANAWIYAH NASRUDDIN DAMPIT

Penelitian ini dilatar belakangi oleh keinginan siswa untuk menghafal Al
Qur’an, agar siswa lebih mudah dalam menghafal Al-Qur’an maka seorang
pendidik harus mempunya strategi khusus untuk meningkatkan hafalan siswa.
Madrasah Tsanawiyah (MTs) Nasruddin Dampit merupakan lembaga pendidikan
yang berada dibawah naungan yayasan pondok pesantren Nasruddin Dampit, yang
mendidik siswanya untuk mampu membaca dan menghafal ayat-ayat Al-Qur’an
dengan baik dan benar, dan mendalami ilmu agama serta pelajaran umum.
Adapun fokus penelitian ini adalah: Bagaimana strategi pembelajaran tahfidzul
qur’an yang diterapkan pada masa pandemi covid-19 di MTs Nasruddin? Kedua,
Apa saja faktor pendukung dan faktor penghambat dalam proses pembelajaran
tahfidzul qur’an pada masa pandemi covid-19 di MTs Nasruddin Dampit?
Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Adapun informasi
didapatkan melalui tiga teknik, yaitu: observasi, wawancara dan dokumentasi.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, strategi
pembelajaran tahfidzul qur’an yang diterapkan pada masa pandemi covid-19 di
MTs Nasruddin ialah, memantau kegiatan peserta didik baik yang mukim di
pesantren maupun tidak, kegiatan pembelajaran di lakukan seperti halnya sebelum
pandemi covid-19, untuk pelaksanaannya sesuai jadwal yang telah di buat oleh
madrasah, muraja’ah, dan untuk metode yang digunakan yaitu metode wahdah.
Kedua, faktor pendukung dan penghambat. Untuk faktor pendukung yaitu:
Adanya kesadaran diri dari peserta didik. Dorongan dan motivasi dari keluarga,
orang tua dan kerabat, karena sebagian dari siswa ada yang mukim di pesantren
dan menggikuti belajar dasar membaca Al-qur’an dari tempat mengaji yang ada di
daerahnya masing-masing. Sedangkan untuk faktor penghambat dalam proses
pembelajaran tahfidzul qur’an di MTs Nasruddin Dampit, yaitu: Siswa yang
belum bisa membaca al-qur’an dengan baik dan benar atau fasih. Siswa yang
tidak menetap di pondok pesantren Nasruddin. Kurangnya kesadaran dan adanya
rasa malas dari diri siswa ketika menghafal al-qur’an. Kecerdasan atau kecepatan
menghafal yang berbeda-beda dari setiap siswa.